Apa yang menyebabkan malam Nisfu
Sya’ban ini penting bagi umat Muslim ? Berikut yang di diterangkan oleh
Rasulullah saw. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban,
seraya berkata, ” Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dibuka.
Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit .”
Rasulullah saw
bertanya, ” Malam apa ini Jibril ?”
Jibril menjawab. ” Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan
mengampuni kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu,
kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan, orang yg terus menerus
minum khamar (arak atau minuman keras), terus menerus berzina, memakan riba,
durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang
memutuskan silaturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka taubat dan
meninggalkan kejahatan mereka itu .”
Rasulullah pun keluar rumah, lentas
mengerjakan shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa: ” Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta kemurkaan-Mu
Tiada kubatasi pujian-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu, maka bagi-Mu lah segala pujia-pujian itu hingga Engkau rela .” (HR Abu Hurairah)
Tiada kubatasi pujian-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu, maka bagi-Mu lah segala pujia-pujian itu hingga Engkau rela .” (HR Abu Hurairah)
KEUTAMAAN MALAM NISFU SYA’BAN
Adapun
keutamaan bulan Sya’ban lainnya akan lebih jelas lagi dalam hadis-hadis
berikut:
Hadis
Shahih Seputar Sya’ban
Hadist Pertama
Dari
A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ
أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ “
“Terkadang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan: Beliau tidak pernah
tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan:
Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga
tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban. (HR.
Al Bukhari dan Muslim)
Hadist Kedua
Dari
A’isyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum
pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak
dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan
penuh.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadist Ketiga
A’isyah mengatakan,
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
“Saya
pernah memiliki hutang puasa Ramadhan. Dan saya tidak mampu melunasinya kecuali
di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Yahya (perawi hadis); mengatakan, “Karena sibuk melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Yahya (perawi hadis); mengatakan, “Karena sibuk melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Hadist Keempat
Dari
Abdullah bin Abi Qois, beliau mendengar A’isyah radhiallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ
غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ
ثَلَاثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat perhatian dengan bulan tidak sebagaimana
bulan yang lainnya. Kemudian beliau lanjutkan dengan puasa setelah terlihat
hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan maka beliau genapkan Sya’ban 30
hari, kemudian puasa.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ad-Daruquthni dan sanadnya
dishahihkan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).
Hadist Kelima
Dari
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ، فَلَا تَصُومُوا
“Jika
sudah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah berpuasa.” (HR. Abu Daud, At
Turmudzi, Ibn Majah, dan dishahihkan Al Albani)
Hadist Keenam
Ummu
Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan,
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
“Saya
belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan
berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i, Abu Daud,
At Turmudzi dan dishahihkan Al Albani)
Hadist Ketujuh
Ummu
Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan,
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ
“Bahwa
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain
Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan ramadhan.” (H.R. An Nasa’i dan
disahihkan Al Albani)
Hadist Kedelapan
Dari
Usamah bin Zaid, beliau bertanya:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Wahai
Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan
sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara
Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab
semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi
berpuasa’.” (H.R. An Nasa’i, Ahmad, dansanad-nya di-hasan-kan Syaikh Al Albani)
Hadist Kesembilan
Dari
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُقَدِّمُوا صَوْمَ رَمَضَانَ بِيَوْمٍ، وَلَا يَوْمَيْنِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ صَوْمٌ يَصُومُهُ رَجُلٌ، فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الصَّوْمَ
“Janganlah
kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari. Kecuali orang
yang sudah terbiasa puasa sunnah, maka silahkan dia melaksanakannya.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim)
Hadist Kesepuluh
Dari
Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya
Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua
makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah,
At Thabrani, dan disahihkan Al Albani)
Hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban
Ulama
berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.
Pendapat
yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin
Zaid, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda
berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini
adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan
Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam.
Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An
Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)
Setelah
menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, “…pendapat
yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali
adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai
keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini,
serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…” (Majmu’
Fatawa, 23:123)
Ibn
Rajab mengatakan, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk
Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in
lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam
itu…” (Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar